Senin, 02 Maret 2015

Suamiku Maafkanlah Aku

Hasil gambar untuk pernikahan tidak bahagia

Aku menikah dengan suami yang benar-benar tidak aku cintai, kami dijodohkan oleh orang tua kami. Rasanya muak, marah dan ingin menangis. Serasa dunia ini tak adil, aku tidak bisa memilih laki-laki untuk menikah. Selama setelah menikah aku masih saja membenci dia, orang yang tidur di sampingku dengan dengkurannya yang sangat menganggu. Semua pekerjaan rumah dikerjakan suamiku, aku hanya tinggal menikmati dan meminta apa yang aku butuhkan kepada dia.

                Kami berdua sepakat untuk tidak memiliki anak, dia pun setuju. Mana mungkin aku mau memiliki anak dari sesorang yang sama sekali tidak kucintai. Setiap hari aku selalu meminum pil kb, tetapi pada suatu hari aku lupa meminumnya. Suamiku tahu dan tidak memberitahukan hal itu kepadaku. Ternyata dia punya maksud tertentu, akupun hamil, aku tidak percaya. Ingin sekali aku menggugurkan janin yang ada di perutku ini. Rasanya tidak tahan aku membayangkan jika aku harus mendidik anak dari seseorang yang tidak aku cintai bahkan sangat ku benci. Tapi orang tuaku melarangnya, akhirnya aku membesarkan anakku perempuanku sampai umur 6 tahun. Dua tahun setelah itu akupun dikaruniai seorang  anak laki-laki.

3 tahun kemudian

                Hari ini berjalan seperti hari-hari biasa, aku banggun paling akhir. Anak-anakku sudah siap dengan seragam sekolahnya. Suamiku sudah memasak sarapan untuk kami sekeluarga. Mereka sudah menungguku di meja makan, sementara aku baru saja bangun tidur. Itupun anak-anakku yang membangunkanku. Suamiku tidak membangunkanku karena pernah pada suatu hari dia membangunkanku tapi akunya malah marah-marah, jad mulai dari itu dia menyuruh anak-anak untuk membangunkanku.

                Setelah selesai sarapan suamiku mengantarkan Riza dan Faizal ke sekolah. Padahal mereka berbeda sekolah. Riza di SD, Faizal di TK. Semua yang mengantarkan suamiku dan setiap hari seperti itu. Berbeda dengan aku yang hanya shopping, nyalon, dan travelling. Aku hanya peduli dengan uang yang ditransfer suamiku ke rekeningku sebesar 5 juta rupiah. Itupun jika habis aku tinggal memintanya lagi dan diapun mentransferkannya untukku.

                Satu hari aku nyalon di salon tempat langgananku yang terbilang salon mahal. Namun pada saat akan membayar aku menggeledah tasku dan ternyata dompetku tertinggal. Dengan cepat aku menelpon suamiku yang sedang di kantor untuk mengambilkan dompet di meja rias. Walaupun dia ada meeting penting dan kantornya jauh dari rumah kami dia tetap mau untuk pulang mengambilkan dompet itu. Setelah diambil aku menelponnya kembali karena aku tidak suka menunggu terlalu lama dan gengsi karena harus berhutang terlebih dahulu. Di saat dia menyetir mobil akan menuju salon mengantarkan dompet kepadaku aku terus menelponnya dan dia bilang “Sebentar sayang, bentar lagi nyampe”. Tapi aku tetap menelponnya terus.

                20 menit berlalu tetapi suamiku tidak kunjung datang, padahal katanya tadi sebentar lagi sampai. Saat aku ingin marah tiba-tiba ada telpon dari kepolisian yang mengatakan bahwa suamiku kecelakaan. Aku mendengar hal itu biasa saja, tidak ada kata sedih dan bersalah karena telah mengganggu konsentrasinya saat menyetir di jalan.
                
Semua kerabat termasuk mertuaku, mertuanya dan anak-anakku datang ke rumah sakit. Sesaat setelah itu suamiku meninggal semua yang ada ditempat itu menangis kecuali aku. Suamiku meninggal bukan karena kecelakaan tapi karena kanker otak yang dia sembunyikan kepada kami. Aku masih biasa saja, sesaat kemudian suamiku dibawa kerumah untuk dimandikan. Selesai dimandikan suamiku diletakkan diatas tempat tidur. Tidak biasanya aku melihat dia tidur sepulas ini dengan tubuh yang kaku dan dingin. Setelah memandanginya air matakupun bercucuran, aku tidak bisa menahan air mataku akupun menangis sejadi-jadinya. Aku tidak membencinya yang ada saat itu aku hanya ingat bagaimana dia memperlakukanku seperti tuan putri dan aku sangat kehilangannya. Orang tuaku dan orang tuanya menghibur aku, tetapi aku masih saja sedih dan tidak terima jika suamiku telah meninggal.

                Hingga 40 hari setelah kepergiannya aku masih saja berduka, dan menangis. Aku tidak mau makan. Orangtuanya menyuruhku untuk makan tetapi aku tidak mau makan. Jika ingin makan aku selalu teringat pada saat da menyiapkan sarapan untukku, dia yang mencuci piring semuannya dia yang melakukan. Saat ini aku harus yang menyiapkan sendiri, makanan untuk anak-anakku, mencuci baju dan mengurus pekerjaan rumah.

                Pada saat akan tidur akupun rindu suara dengkurannya walaupun dulu aku membencinya karena sangat menganggu. Akupun masih menangis dan meratapi fotonya. Saat ingin tidur akupun meletakkan fotonya disampinku. Berharap dia ada kembali disisiku.

                3 bulan setelah itu ada pengacara dan notaris yang datang ke rumahku. Dan dia menyampaikan surat wasiat dan warisannya kepada kami.

Isi surat waisat tersebut adalah : 
Mira istriku yang aku cintai.
Maafkanlah aku yang selama 10 tahun ini tidak bisa membahagiakanmu.
Menikahlah lagi dengan pria yang kau cintai.
Carilah jodoh yang lebih baik dariku. Yang bisa membahagiakanmu. Aku ikhlas asalkan kau bahagia.
Untuk Riza dan Faizal aku teah menyiapkan deposito di bank untuk kalian. Untuk modal jika kalian besar nanti.
Rumah ini aku wariskan kepada istriku untuk tinggal bersama suami barumu dan anak-anak kita.
Jagalah baik-baik anak kita jangan sampai menjadi anak yang nakal dan menyusahkan orang tuanya.
Sekian..
Istriku, aku sangat mencintaimu.

Setelah membaca surat itupun aku menangis lemas, aku menyesal telah menyia-nyiakan orang yang sangat mencintaiku dan mau berbuat apapun untukku.

Nah sudah membaca cerpen diatas kan. Jadi jangan kita menyia-nyiakan orang yang peduli dan sayang terhadap kita ya. Nanti nyesel lhoo :D




Tidak ada komentar:

Posting Komentar